Home

Seputar Purwokerto | Foto Kampus Unsoed | Opini | Tentang Ika UNSOED | University/Alumni News | Profil Alumni | Calendar of Events | Cerita dan Foto Kenangan | Job Fair/Bisnis/Beasiswa | Kiriman Foto Kenangan | Links | Data Alumni | Forum Alumni-Unsoed
Selamat Datang di Web Site Alumni UNSOED
University/Alumni News

Kembalikan Keanekaragaman Padi Lokal (Media Indonesia, 22 Mei 2003)

KEBIJAKAN pemerintah di era Orde Baru yang menyeragamkan jenis padi yang ditanam petani, kini menjadi bencana dengan musnahnya keanekaragaman padi lokal Indonesia.
Petani yang ingin menanam kembali jenis padi lokal yang terbukti andal menghadapi hama dan tidak boros pupuk dan pestisida, menjadi gigit jari. Keragaman jenis padi lokal di tingkat petani musnah dengan lahirnya kebijakan pemerintah pada era 1970 hingga 1980-an yang mengharuskan petani menanam satu jenis padi saja, yaitu padi IR.

Menurut Direktur Eksekutif Konsorsium Pelestarian Hutan dan Alam Indonesia (Konphalindo) Tejo Wahyu Djatmiko, musnahnya keanekaragaman padi lokal di tingkat petani Indonesia juga dimulai dengan hadirnya International Rice Research Institute (IRRI), Filipina. Hadirnya lembaga penelitian padi tingkat internasional ini membuat berbagai jenis padi lokal Indonesia ini dibawa ke Filipina. "Sekitar 8.000 jenis padi asli Indonesia diangkut ke IRRI," katanya.

Sebagai gantinya, pemerintah mewajibkan petani untuk menanam padi hasil penelitian IRRI yang dianggap memiliki produktivitas tinggi demi mengejar tujuan swasembada beras. Petani yang tidak menuruti anjuran tersebut tanaman padinya dibabat. "Akibatnya petani tidak memiliki benih lokal yang sudah terbukti sesuai dengan kondisi alam Indonesia. Di Jawa Tengah, kini hanya ada sekitar 20 jenis padi lokal yang berhasil diselamatkan petani," tambah Tejo. Tujuan pemerintah mewajibkan petani menanam padi IR untuk mencapai swasembada beras terbukti tidak efektif. Indonesia hanya mencapai swasembada beras pada 1984. Selebihnya Indonesia terus kekurangan pasokan beras, dan untuk mencukupi kebutuhannya harus mengimpor.

Kegagalan padi IR di Indonesia, lanjut Tejo, disebabkan padi IR ternyata lebih rentan terhadap serangan hama, berbeda dengan padi-padi lokal yang sudah beradaptasi dengan alam Indonesia selama puluhan tahun. Padi IR-8 misalnya, diperkenalkan IRRI pada 1966 ternyata mudah diserang berbagai jenis serangga dan penyakit.

Pada 1968 dan 1969, padi ini diserang penyakit bakteri. Lalu pada 1970 dan 1971, IR-8 diserang wabah penyakit tropik lainnya yaitu tungro (wereng). Sedangkan pada 1975, petani di Indonesia kehilangan setengah juta hektare padi akibat serangan belalang daun.
Pengembangan IR-8 menjadi IR-36 pada 1977 tidak menyelesaikan masalah. Pasalnya IR-36 sangat rentan terhadap serangan virus ragged stunt dan wilted stunt. Hilangnya keragaman padi lokal, dikeluhkan Sampurna, 57, seorang petani asal Desa Dagan, Bobotsari, Purbalingga, Jawa Tengah. "Dulu pada 1960-an saya menyimpan sekitar 10 jenis padi asli sini yang akan saya tanam sesuai dengan kondisi musim. Kini saya sulit menemui padi asli daerah sini," katanya.

Menurut Sampurno, dia ingin kembali menanam jenis padi lama, di antaranya padi terong-terongan dan gandamana, karena meski produktivitas per hektarenya lebih rendah, tetapi padi tersebut lebih tahan hama dan tidak memerlukan pupuk buatan yang harganya terus melonjak. "Jika dihitung-hitung, menanam padi IR lebih banyak ruginya karena biaya pupuk dan pestisida terus melonjak. Belum lagi kalau gagal panen. Sedangkan dulu dengan padi jenis lama, kita tidak perlu pestisida dan pupuk. Produktivitasnya pun hanya beda sekitar 25% per hektare dari padi IR," tutur Sampurno, bapak sembilan anak yang tidak satu pun anaknya menjadi petani.

Hal senada juga dikatakan Trimo, 46, petani dari Desa Karangtalun, Bobotsari, Purbalingga. "Biaya untuk pembelian pupuk dan pestisida mencapai separuh dari seluruh gabah yang dijual. Jenis padi sekarang tidak bisa tumbuh kalau tidak dipupuk dan disemprot pestisida," katanya seraya menyatakan tidak tahan menjadi petani dan kini beralih profesi menjadi tukang becak.

Penyeragaman
Selain hilangnya keragaman padi, kebijakan penyeragaman penanaman padi juga membuat keragaman hayati di areal pertanian ikut musnah. Penggunaan padi IR yang mengharuskan petani menggunakan pupuk, pestisida (pembasmi tikus), insektisida (pembasmi serangga), fungisida (pembasmi jamur), dan herbisida (pembasmi rerumputan), membuat berbagai jenis spesies yang hidupnya di areal pertanian ikut musnah. "Dulu di sawah banyak terdapat ikan, seperti belut, lele, dan ikan mas. Burung pun seperti perkutut, jalak, kutilang, dan burung jenis lain banyak dijumpai di sawah. Demikian juga dengan ular pemakan tikus. Kini, itu semua tidak ada lagi," kata Sampurno.
Banyaknya keanekaragaman hayati Indonesia yang hilang, menurut Kepala Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Ilmu (LIPI) Endang Sukara, merupakan kerugian besar. Pasalnya, keanekaragaman hayati kini menjadi emas hijau dalam perekonomian dunia. Pada 1999 misalnya, pasar dunia untuk obat-obatan herbal telah mencapai US$15 miliar.
Kerusakan keragaman hayati Indonesia memang sangat memprihatinkan. Lebih memprihatinkan lagi, perusakan keanekaragaman hayati dirancang dan dilakukan secara sistematis, justru oleh pemerintah sendiri. (Mahfud/V-2)

Satwa Langka di Unsoed Disorot

Saya baru tahu kalau Unsoed punya kekayaan lain berupa satwa..tentu hal yang sangat membanggakan bagi kita sebagai alumni.  Apalagi di Purwokerto belum ada kebun binatang sebagai layaknya kota-kota besar di Indonesia. Berita dari SM 17 September 2003 selengkapanya  silahkan simak.

Sejumlah satwa langka yang kini dipelihara Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto di kompleks Taman Soedirman dan kampus Karangwangkal, mulai mendapat sorotan dari aktivis LSM lingkungan. Mereka mendesak pihak kampus untuk mengembalikan satwa tersebut ke habitat aslinya.

Alasannya, penempatan binatang yang dilindungi dalam kandang atau lokasi yang sempit, dinilai tidak bermanfaat bagi dunia akademis. Bahkan sebaliknya, penempatan itu selain membuat satwa terasing dari lingkungan asli, juga dikhawatirkan akan menularkan penyakit.

Ketua LSM Pro-Fauna Indonesia (PFI) Purwokerto, Rio Sutrio dalam siaran persnya, kemarin mengatakan, penempatan satwa seperti beruang, macan tutul, buaya, kijang, orang hutan, dan berbagai jenis burung/unggas di tempat yang sempit dan tidak representatif, akan membuat binatang tersebut tersiksa. Mereka tidak bisa berkembang biak secara leluasa karena ruang geraknya terbatas.

Galang Dukungan

Karena itu, kata Rio, untuk mendesak kampus (Rektor-Red) agar mengembalikan satwa tersebut ke hutan, pihaknya tengah menggalang dukungan dari berbagai pihak, baik kalangan pencinta alam (lingkungan), masyarakat kampus, maupun warga sekitar.

Bentuknya, lanjut dia, membuat petisi sebagai bentuk penolakan yang akan disampaikan kepada pihak rektorat dan instansi terkait.

''Kami sudah kumpulkan tanda tangan lebih dari 400 orang yang setuju satwa tersebut dikembalikan ke habitat aslinya. Kami juga sudah menghubungi pusat penyelamatan satwa (PPS) Yogyakarta dan Petung Sewu Malang (Jatim). Mereka telah siap merehabilitasi. Kami pun siap memfasiltasi,'' ujar dia lagi.

Rektor Unsoed Prof Drs Rubiyanto Misman secara terpisah mengatakan, pemeliharaan satwa itu sebenarnya tidak perlu dipersoalkan. Sebab, selain sudah diizinkan oleh pihak PPS Yogya yang menyurvei sebelumnya, pemeliharaan dan tempatnya juga dinilai layak. Kalau langsung dikembalikan ke hutan, dikhawatirkan akan diburu atau ditangkap lagi, apalagi sekarang banyak hutan yang sudah rusak atau gundul.

''Binatang itu semuanya hasil pemberian orang yang tidak sanggup lagi memelihara karena sibuk atau tidak mempunyai tempat. Daripada tidak dirawat dan terancam mati, kami bersedia memelihara. Sebagian dari mereka juga tetap mengirim jatah makan dalam bentuk uang,'' jelas Rubi. (G22-74i)

Kurang Efektif Pelaksanaan PKMKB di Unsoed

PURWOKERTO (Media, 23 Agustus 2003): Peserta Pelatihan Kepemimpinan Mahasiswa Kader Bangsa (PKMKB) yang berlangsung hingga Kamis (28/8) di Kampus Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, kecewa dengan pelaksanaan kegiatan yang dinilai kurang efektif.

Kekecewaan para peserta PKMKB yang berasal dari berbagai perguruan tinggi negeri (PTN) dan perguruan tinggi swasta (PTS) dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Kalimantan itu disampaikan kemarin kepada Media.

Peserta yang berjumlah 45 orang tersebut mengaku kecewa karena tidak diberi kesempatan untuk melahirkan sebuah gagasan dan ide baru dalam menanggapi permasalahan Indonesia saat ini.

"Padahal, dana yang harus dikeluarkan selama pelatihan ini berlangsung terbilang cukup besar," kata Hermawan, Sekjen Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Hukum Unsoed tanpa menyebut jumlahnya.

Sementara itu, para peserta juga kecewa karena pelaksanaan kegiatan yang dinilai cukup besar ini terkesan tertutup untuk kalangan pers. Sehingga, tak satu pun media yang mengetahui tentang keberadaan pelatihan kegiatan tersebut. "Pelatihan ini juga tertutup untuk wartawan, Mas. Terkesan ada tema-tema 'titipan'," jelas Huzer Afriansyah, mahasiswa Fisipol Unsoed.

Ia mengatakan pelaksanaan PKMKB dengan judul 'Kader Bangsa' kali ini terkesan kurang efektif karena tidak bisa menghasilkan rekomendasi apa pun. "Kalau hanya sekadar berdiskusi dan mengelola forum, belajar di kampus pun kami bisa," tambahnya.

Sementara itu, aktivis pers mahasiswa Himmah Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Ilham mengatakan, para peserta tidak diberi kebebasan dalam merumuskan ide dan wacana yang akan didiskusikan selama pelatihan PKMKB berlangsung.

Semua tema dan materi pelatihan, ujarnya, dikuasai oleh pihak penyelenggara dan yang patut disayangkan, semua tema serta materi tersebut terkesan diarahkan kepada wacana negara dan tidak membumi ke masyarakat.

Menanggapi kekecewaan para peserta tersebut, Koordinator Pemandu PKMKB Dwi Sasongko mengatakan kegiatan itu hanyalah sebatas kegiatan pelatihan. Dan, kegiatan semacam ini sudah rutin dilaksanakan setiap tahun oleh Dikti. "Kalau mau memberikan rekomendasi dan semacamnya, tempatnya kurang tepat. Mungkin, di kongres mahasiswa bisa. Di sini hanya pelatihan saja," ujarnya.

Tujuan dari kegiatan ini, kata Sasongko, hanyalah sebatas wadah pelatihan aktualisasi, artikulasi, dan analisis ide serta gagasan agar mereka mampu merumuskan sebuah rancangan gagasan yang progresif di masyarakat nantinya. "Banyak kader partai yang tidak mumpuni dan kurang memahami makna demokrasi selama ini, seharusnya mereka diberi pelatihan kerpemimpinan seperti ini juga," tambahnya

 Johzenji Streetjass Festival

 
Sendai, 13-14 September. Bekerja kerassampai larut malam, mungkin sudah menjadi rahasia umum itulah kebiasaan orang Jepang. Bila andapun termasuk pekerja kerastentu akan bisa menikmatinya karena semua perangkat kerja akan tersedia, namun terkadang  bosan bisa menghantui dimanapun adanya. Terus..berliburistirahat atau jalan-jalan untuk bisa nyicipi mendoaan ning Purwokerto ? cobalah sekali-sekali menikmati berbagai fasilitas, bazaar, festival atau event-event lainnya yang ada di mana anda tinggal. Kota Sendai.tidaklah terkenal seperti Nagoya, Osaka atau Hokaido apa lagi Tokyo, kota kecil di belahan utara namun merupakan pusat kota di daerah Tohokudan karena itulah Universitas Tohoku berada di Sendaisebelum ada universitas di daerah Yamagata, Akita, Aomori dan Iwate. 

Sama seperti kota lain di Jepang..dari waktu kewaktu nampak jelas perkembangannya menuju kota yang makin nyaman dan lengkap dengan berbagai fasilitas umum; anda bisa buang air di tempat umum dengan toilet yang harum dan tentu tak perlu merogok kantong. Bila saja anda turun dari stasiun kereta.maka akan nampak jajaran taksi yang rapi dengan anggukan sopan akan mengantar kemana tujuan anda. Atau anda bisa melihat jadwal bis kota ke setiap arahlengkap dengan jadwal keberangkatannya yang tak akan telat sampai 2-5 menit. Anda mau jalan atau bersepeda tentu juga lebih nyaman.trotoar yang lebar tersedia. Tapi hati-hati jangan naruh sepeda sembarangan/tempat terlarangbisa-bisa kena garuk.J.  Atau sekedar ingin melepas lelahmaka akan tersedia taman-taman yang selalu ada setiap radius 1-2 km.

Satu dari berbagai cerita di negeri sakura ini..tentang Johzenji Streetjass Festival. Johzenji merupakan nama jalan raya yang terletak di tengah kota dengan lumayan cukup luas; satu jalur dengan 8 meter kemudian taman dengan lebar 8 meter dan jalan pada arah yang berlawanan juga 8 meteran. Jadi kalau anda menyebrang mesti melewati kurang lebih 24 meter itu belum termasuk trotoar yang luasnya 6 meter di sebelah kiri dan 6 meter di sebelah kanan. Ditengah-tengah jalan merupakan taman yang lengkap dengan tempat duduk, meja atau meja beserta payung....bila anda hauspun ada air kran yang tentu bisa di minum. Taman di tengah jalan ini sering di gunakan untuk berbagai event seperti pameran lukisan, bazar anak-anak, lomba melukis dan termasuk Festival Jass. Festival Jass merupakan event tahunan festival musik yang di dominasi musik jass dan di adakan pada pertengahan september (sabtu dan minggu). Group musictak hanya datang dari seputar Sendai, banyak juga dari Tokyo, Fukushima, Saitama dll. Saking banyaknya peserta dan pengunjung.....Festival ini juga di lakukan tak hanya di taman tengah jalan, tapi juga di sepanjang trotoar jalan dan dua taman luas yang berada di ujung jalan Johzenji; kotodou koen dan Nishi koen (koen=taman). Pada tahun ini tercatat 580 group ikut berpartisipasi  dengan banyaknya group tersebut makan panitia membaginyai dalam 78 tenda/panggung. Setiap group Jass hanya tampil sekali dalam waktu 30 menit....kemudian ada waktu jeda untuk persiapan group berikutnya. Panggung berupa tenda yang di lengkapi sound system beserta operatornya kemudian di bantu 4 volenteer siang mengatur waktu dan memasang semua perlengkapan bila pergantian group. Setiap group tentu akan membawa alat musik masing-masing dan terkadang juga sound systemnya.  Festival jass ini di koordinir pemerintah kota Sendai yang merupakan hiburan bagi masyarakat umum. Banyak pengunjung datang dari berbagai kota tentu saja para penggemar musik jass atau sekedar jalan-jalan kepusat kota atau juga kabarnya banya para jazzer-jazzer yang pernah di besarkan di kota Sendai.mengenang masa lalu kali atau ingin melihat perkembangan musik jass itu sendiri. Festival jass selain untuk menghidupkan musik jass/pembinaan bagi para pemula juga tampilnya group jass yang terkenal merupakan promosi.sehingga sering terlihat jadwal-jadwal konser jass dari group tersebut sengaja di pajang ketika group tersebut saat tampil. Ketika group-group terkenal tampil tentu akan banyak di banjiri pengemarnya dan bila selesai sering banyak penonton yang memberikan karangan bunga sebagai rasa puas telah menikmati alunan musik. Menonton festival tersebut tentu sajatak ada tiket atau tanda masuk, gratis untuk umum.namun panitia sering menyediakan kotak bagi pengunjung yang memang merasa terpuaskan dengan hiburan tersebut dapat memberikan uang yang dikumpulkan panitia atau karangan bunga untuk personil group yang tampil.

        Bagi anda penggemar jass yang suka ke waroeng kemang, kafe taman semanggi atau di hotel regent..mungkin kalau pas ke Sendai ada baiknya untuk menyempatkan berjalan di Johzenji sambil menikmati musik jass. Anda akan memilih group musik mana yang di sukaikarena akan tersedia buku panduan gratis dengan tebal 30 lembar memuat jadwallokasi dan sedikit penjelasan tentang group musik tentu juga iklan yang menjadikan festival tersebut berjalan dengan baik. Mendengar tarikan  saksofon, petikan gitar  dibawah rindangnya pohon dan angin, kadang terkadang tak ingin berinjak untuk lihat panggung lain dan tentu waktu 2 hari seakan rasanya cepat berlalu.

Foto beberapa panggung yang sempet di jepret:

jass9.jpg
Tohoku Dai

Temu Alumni Rancang Auditorium

PURWOKERTO-(SM, 15 Sept). Berangkat dari rasa prihatin almamaternya tidak memiliki gedung pertemuan yang refresentatif, kalangan alumni Unsoed Purwokerto merancang pembangunan auditorium. Gagasan tersebut akan digulirkan dalam pertemuan akbar Musyawarah Nasional (Munas) Alumni Unsoed, 20-21 September, di Purwokerto.

Humas Panitia Temu Alumni Ir Budi Sustriawan kepada Suara Merdeka kemarin menjelaskan, rancangan pembangunan gedung pertemuan berskala besar dan terpusat itu dilatarbelakangi kondisi gedung pertemuan Soemarjito yang sudah tidak layak.

Setiap kali ada acara/kegiatan kampus dan mahasiswa, lanjut dia, gedung tersebut tidak mampu memuat banyak orang. Selain ruangannya sempit, lingkungan sekitar gedung juga terbatas untuk parkir. ''Posisinya juga berada di tengah-tengah perumahan dan lingkungan warga. Coba saja lihat setiap kali ada wisuda, lalu lintas pasti macet dan sebagian terpaksa di luar gedung,'' jelas Budi.

Dia mengungkapkan, dalam temu alumni nanti usulan tersebut akan dijadikan salah satu agenda pembahasan. Sebab, para lulusan Unsoed kini banyak yang sudah sukses dan mapan. ''Paling tidak dari pertemuan tersebut nanti akan muncul banyak usulan, bagaimana caranya merangkul pihak ketiga yang bisa diajak kerja sama atau selaku penyumbang,'' tuturnya.

Pihak universitas juga sudah menyiapkan tempat untuk gedung tersebut, yakni di sebelah utara kampus FISIP. Tanah itu hasil pembelian dari BII Purwokerto.

Agenda lain yang akan dibahas, menurutnya, memberikan masukan tentang masalah pendidikan dalam berbagai disiplin ilmu, termasuk pula dunia kemahasiswaan.

Agenda ini akan dijembatani pada pertemuan hari pertama, Sabtu (20/9), dalam acara talk show dan temu kangen di Gedung Soemarjito. Pada hari berikutnya diisi acara tour de campus atau sepanjang jalan kenangan dari lapangan pusat.

Pada hari kedua (Minggu 21/9), setelah mengikuti acara di kampus pusat, khusus alumni FISIP (IKAFU) juga melaksanakan pertemuan di kampus perjuangan, Grendeng. Pertemuan ini tidak sekadar farum kenangan terhadap kampus tercintanya, tetapi juga mengarah pada terbangunnya jaringan informasi yang berkesinambungan.

Selain Unsoed dan FISIP, temu alumni merupakan bagian dari peringatan HUT ke-40 atau Lustrum VIII Unsoed yang digelar Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Unsoed, Koran Kampus Sketsa. ''Di sela-sela temu alumni pusat dan FISIP, kami juga mengagendakan pertemuan dengan alumni Sketsa. Acaranya sederhana, yang penting berkesan dan mengena,'' papar PU KK Sketsa, Wiwiek. (yud-17k)

 

kedokteran.jpg
Fakultas Kedokteran

MANAJEMEN WAKTU

 

Mengatur waktu, atau time manajemen, semua orang tahu akan pentingnya. Sejak kita menyadari bahwa kita hanya mempunyai waktu yang terbatas selama sehari, sedangkan tugas-tugas yang harus diselesaikan begitu banyak, kita berpikir tentang bagaimana memanajemeni waktu. Memang benar setiap orang dianugerahi waktu yang sama banyakanya, namun tidak semua orang mendapat tanggung jawab yang sama besarnya.

Untuk itulah kita perlu mengatur waktu. Begitu pentingnya aspek manajemen waktu ini, kemudian timbul sebuah idiom yang terkenal bahwa waktu adalah emas; waktu adalah berharga. Manusia sendiri telah mengembangkan berbagai macam cara mengatur waktu.

Manusia juga menciptakan alat-alat untuk terus menyadarkan dirinya dengan waktu. Mulai dari alat penunjuk waktu, seperti jam, atau alat pengatur waktu, seperti alarm dan lain-lain. Manusia juga memproduksi alat-alat tersebut mulai dari yang sederhana sampai yang rumit hingga mampu mencatat waktu sepersekian detik. Terlepas dari semua itu, ada beberapa hal sederhana yang bisa kita pegang untuk memanajemeni waktu, yaitu:

1. Ketahui kapan suatu tugas harus diselesaikan.
Prinsip sederhana pertama adalah mengerjakan tugas berdasarkan prioritas. Anda harus tahu kapan suatu tugas harus diselesaikan. Serta, tugas mana yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Luangkan waktu di awal hari atau petang hari untuk menyusun kembali rencana-rencana penyelesaian tugas. Dan berpeganglah pada rencana-rencana itu.

2.Ketahui berapa lama waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas.
Tapi tak cukup anda hanya tahu kapan tugas itu harus diselesaikan. Anda juga harus tahu berapa lama waktu yang anda butuhkan untuk menyelesaikan tugas- tugas tersebut. Ini akan menuntunt anda untuk bersikap realistis terhadap rencana dan tugas-tugas anda. Anda juga perlu mempertimbangkan kemampuan anda dan team anda dalam menyelesaikan tugas.

3. Jangan terpaku pada lama waktu yang anda rencana.
Jika anda merencanakan untuk menyelesaikan tugas dalam waktu dua jam, misalnya, maka jangan paku diri anda untuk menyelesaikannya dalam waktu tersebut. Akan jauh lebih baik jika anda berusaha menyelesaikannya dalam waktu yang lebih cepat. Dengan demikian anda bisa segera melompat ke pengerjaan tugas berikutnya.

4. Anda tak dapat mengerjakan dua tugas dalam satu waktu yang bersamaan.
Salah satu kunci sederhana dalam manajemen waktu adalah fokus pada suatu aktivitas. Anda takkan bisa mengerjakan dua tugas sekaligus dengan intensitas perhatian yang sama. Mungkin anda merasa punya kemampuan "multitasking", namun tetap saja anda sendiri hanya bisa mengerjakan satu hal di satu waktu. Kemampuan "multitasking" sebenarnya merupakan salah satu seni melakukan delegasi tugas dan wewenang.

5. Tahan godaan untuk mengerjakan hal-hal yang kecil namun menyita waktu.
Disiplin untuk tetap mengerjakan apa yang telah anda urutkan sesuai dengan prioritas. Sesekali anda tergoda untuk melakukan hal-hal kecil itu boleh-boleh saja, namun gunakan itu untuk refreshing dan menyegarkan Pikiran kembali. Tapi jangan sampai keterusan dan menyita lebih banyak waktu anda.Kembalilah melihat tugas-tugas anda.

6. Keep it simple
Tips sederhana manajemen waktu lain adalah bersikap efisien. Itu sama Halnya dengan "keep it simple". Tak perlu menghabiskan waktu untuk merumit-rumitkan sesuatu. Jika suatu pekerjaan bisa dibikin sederhana, mengapa harus dibuat sulit. Mudahkan saja, maka anda akan menemukan waktu lebih banyak lagi.

7. Gunakan alat bantu time manajemen.
Jangan ragu untuk menggunakan alat-alat manajemen waktu. Sekarang sudah banyak dijual berbagai produk manajemen waktu, seperti agenda, to do list, dan lain-lain. Jika anda cukup canggih, anda bisa mendownload software time manajemen yang cukup banyak disediakan secara gratis. Dan tetap gat, bahwa alat-alat itu bertugas untuk membantu anda mengatur waktu, bukan menghabiskan waktu anda.

Kotasantri.com; Kiriman: Adi (kjp@gs.astra.co.id)[MDT]

alumni-unsoed@yahoogroups.com